Jumat, 01 April 2011

MELAmpiaskanCURhat

Tahukah kamu? Setahun ini aku merasa susaaaaaaah… sekali menulis. Semacam ada penjara besi di dalam jiwaku yang mencekik kebebasan kata-kata itu. Semacam ada belati yang siap menebas setiap kalimat dikala ia mulai tumbuh jadi wacana di lembar-lembar baru. Semacam ejakulasi dini yang dialami sepasang pengantin disaat mereka tengah merencanakan malam-malam panjang. Semacam itulah…

Aku merasa seperti keran yang tersumbat padahal air siap mengalir. Seperti cangkul yang patah ketika tangan siap mengolah. Aku merasakan rantai kalimat yang sombong, narasi yang tak semurah dahulu yang hadir bak air terjun setiap kali aku tergugah oleh peristiwa-peristiwa hidup sekecil apapun.

Ah, terlalu banyak embrio yang gagal menjanin hingga tak pernah dilahirkan. Terlalu banyak sampah-sampah ide berserakan di kepala lalu terbang begitu saja. Begitu banyak makna yang terlewat untuk dituturkan. Begitu banyak kesia-siaan…

--

Dulu sekali, aku bahkan mampu menulis 10 puisi dalam sehari. Skripsi 300 halaman pun hanya kuselesaikan dalam waktu sebulan. Kini, dalam setahun aku hanya mampu menulis 2 puisi dan 2 essay  (tidak termasuk tulisan-tulisan yang sifatnya pekerjaan karena menulis yang kumaksud di sini semata-mata hanyalah menulis untuk diriku sendiri).

Padahal aku sudah mencoba begitu banyak stimulasi. Pergi ke toko-toko buku terjauh hanya untuk membaui kemegahan literasi. Rajin membaca banyak buku agar kecakapan sintaksis terlatih kembali. Tapi tak bisa. Tetap saja tak bisa. Parahnya lagi, setiap kali aku selesai menulis sesuatu, aku pun memiliki kecenderungan yang sama untuk menghapusnya kembali.

Ilmu semasa kuliah pun kini sama sekali tak membantu. Dengan demikian (akhirnya) aku sadar bahwa kesalahan bukan terletak pada kata, kalimat, ataupun wacana, melainkan pada diriku sendiri. So, tak ada cara lain untuk berbenah dari semua ini selain -kembali- menulis dan -tetap- menulis…

--

… tahukah kamu? tulisan ini dikandung sejak september tahun lalu